Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
1. Pengertian Analytic Hierarchy Process (AHP)
Analytic Hierarchy Process
(AHP) awalnya
dirancang untuk memecahkan masalah keputusan multi kriteria yang rumit (Saaty,
1980))dalam(Jati, 2010). AHP ini
merupakan metode yang digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan yang
kompleks dan tidak terstruktur menjadi beberapa komponen dalam susunan hirarki. Menurut (Saragih, 2013)
metode AHP ini sering digunakan
sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena
alasan-alasan sebagai berikut: 1) Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi
dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam.2)
Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai
kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
2. Prinsip Dasar Analytic Hierarchy Process (AHP)
Dalam
memecahkan persoalan dengan analisa berfikir logis, menurut (Saifulloh & Asnawi,
2015) antara lain :
2.1 Decomposition (membuat hirarki)
Sistem yang kompleks dan mudah dipahami
dengan memecahkannya menjadi elemen-elemen yang lebih kecil dan mudah dipahami.
Berikut struktur hirarki ditunjukkan pada Gambar 1.
2.2 Comparative Judgement (penilaian
kriteria dan alternatif)
Kriteria dan
alternatif dilakukan dengan perbandingan berpasangan. Untuk berbagai persoalan,
skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik untuk mengekspresikan pendapat. Nilai dan
definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat diukur
menggunakan tabel analisis seperti tabel 1 berikut:
Tabel 1 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan
Nilai
|
Arti
|
Penjelasan
|
1
|
Sama Penting (Equal importance)
|
Dua elemen
menyumbangnya sama besar pada sifat itu
|
3
|
Sedikit Lebih Penting ( Slightly more importance )
|
Pengalaman dan pertimbangan sedikit
menyokong satu elemen atas elemen lainnya
|
5
|
Jelas lebih penting ( Materially more importance )
|
Pengalaman
dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen lainnya
|
7
|
Sangat jelas penting ( Significantly more importance )
|
Satu elemen dengan kuat disokong, dan
dominannya telah terlihat dalam praktek
|
9
|
Mutlak
lebih penting ( Absolutely more
importance)
|
Bukti
yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan
tertinggi yang mungkin menguatkan
|
2,4,6,8
|
Ragu-ragu
antara dua nilai yang berdekatan (compromise
values)
|
Kompromi
diperlukan antara dua pertimbangan
|
1/3,1/5
|
Kebalikan
|
Misalnya A dibanding B menghasilkan
3, maka B dibanding A menghasilkan 1/3
|
2.3 Synthesis of priority (Menentukan
Prioritas)
Menentukan prioritas dari elemen-elemen kriteria dapat
dipandang sebagai bobot/kontribusi elemen tersebut terhadap tujuan pengambilan
keputusan. AHP melakukan analisis
prioritas elemen dengan metode perbandingan berpasangan antar dua elemen
sehingga semua elemen yang ada tercakup. Prioritas ini ditentukan berdasarkan
pandangan para pakar dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pengam- bilan
keputusan, baik secara langsung (diskusi) maupun secara tidak langsung
(kuisioner)
2.4 Logical Consistency (konsistensi
logis).
Konsistensi memiliki dua makna yakni 1) objek-objek yang
serupa bisa dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. 2) menyangkut tingkat hubungan antar objek yang
didasarkan pada kriteria tertentu.Oleh karena itu untuk dapat menghasilkan
solusi yang konsisten diperlukan konsentrasi dan seorang expert untuk dapat melakukan penilaian yang objektif sehingga
solusi yang dihasilkan dianggap konsisten. Adapun penghitungan konsistensi
logis dilakukan dengan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Mengalikan matriks
awal dengan nilai bobot proritas bersesuaian.
2.
Menjumlahkan hasil
perkalian per baris.
3. Hasil Penjumlahan tiap
baris dibagi nilai
bobot prioritas bersangkutan dan
hasilnya dijumlahkan.
4.
Hasil C dibagi jumlah
elemen, akan didapat λmaks.
5.
Indeks Konsistensi
(CI)
6.
Rasio
Konsistensi
(Sumber : Mufizar, dkk.
2017)
Dimana RI = Indeks Random
konsistensi merupakan
rata-rata CI yang dipilih secara acak, adapun nilai dari RI pada Tabel 2 sebagai
berikut :
N
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
........
|
RIn
|
0
|
0,58
|
0,90
|
1,12
|
1,24
|
1,32
|
Sumber :
Jati, H. (2010). “Decision Support System for Managing and
Determining International Class Program : Ga and AHP Approach.” Journal of
Education, 3(1), 11–32.
Mufizar, T., Anwar, D. S.,
& Dewi, R. K. (2017). Pemilihan Calon Penerima Bantuan Siswa Miskin
Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process ( AHP ). Citec Journal, 4(1),
30–44
Saifulloh, & Asnawi, N.
(2015). “Analisis Keakuratan Metode AHP dan Metode SAW terhadap Sistem
Pendukung Keputusan Penerimaan Beasiswa.” Jurnal Ilmiah DASI, 16(1),
96–100.
Saragih, S. H. (2013).
“Penerapan Metode Analitycal Hierarchy Process ( AHP ) Pada Sistem Pendukung
Keputusan Pemilihan Laptop,” 4(2), 82–88.
EmoticonEmoticon